Sabtu, 14 September 2013

Anggukan Sang Ayah

"Ayah, aku ingin belajar bahasa Inggris. Maukah kau mengajarkanku?" Aku merupakan seorang anak kelas 1 SD yang polos. Aku meminta ayahku mengajarkanku Bahasa Inggris karena aku memang menyukai bahasa, sedangkan waktu itu kelas 1 SD pun aku belum belajar Bahasa Inggris di sekolah, padahal ingin sekali rasanya.

Ayah mengangguk saja mendengar permintaanku. Aku senang sekali. Aku menunggu ayah yang sedang sibuk. Setelah lama aku menunggu ternyata ayah tidak juga mengajarkanku. Sedih, tapi inilah aku yang lagi seneng senengnya main. Mainlah aku daripada BeTe :D

Tak lama dari itu, ayah memberiku sebuah buku Bahasa Inggris bergambar. Banyak kosakata sederhana disana. Aku kegirangan dengannya. Aku mulai senang membaca and try to memorize it! Setiap hari kalau lagi diem di rumah pasti senengnya baca buku dari ayah. Sampai pada akhirnya buku itu habis dan sudah kubaca semua. Lama-lama aku bosan membaca buku yang itu-itu terus. Aku mulai meminta ayah mengajarkanku lagi. Ia tetap mengangguk dan tidak mengeluarkan kata apapun. Aku yakin ayah akan mengajarkanku dan memang benar, malamnya ia meminta padaku memberikan buku tulisku padanya. Disana ia menulis beberapa bilangan dalam Bahasa Inggris. Banyak sekali bilangannya sampai juta dan miliar pun ia tulis disana (enggak semua sih. intinya doang).

Aku melihat dari atas hingga bawah "Waaww!" banyak sekali. Aku mulai menghafal lagi bilangan bilangan dalam Bahasa Inggris. Setelah aku bilang selesai, barulah ayah memberiku soal disana. Tak tanggung-tanggung, soal bilangan tersulit pun ia berikan padaku. Misalnya 183.746 dalam Bahasa Inggris. Tentunya bagiku yang pemula itu merupakan hal aneh dan baru. Makannya aku terus berlatih karena penasaran. Sampai akhirnya aku terus mencari kosakata baru dalam lingkungan yang aku lihat. Memang, dalam mengajariku, ayah tidak banyak mengeluarkan kata-kata. Ia hanya bertindak saja. Entahlah!

Ketika usiaku mulai masuk SMP, aku mulai malas mencari kosakata baru. Alasannya "aduh, ini ngapalin pelajaran lain juga udah pusing,". Beda dengan dulu yang masih semangat belajar dan otaknya masih fresh, sangat penasaran dan terus menggali. Tapi makin sini makin malas saja aku ini. (jangan ditiru!)

Mulai kelas 2 SMP, aku ingin mencoba gitar. Aku memang tak bisa gitar. Beda dengan ayahku yang begitu mahir dengan gitar sehingga mengeluarkan alunan merdu di rumah. Itulah yang membuatku ingin belajar padanya. Tapi sayang, gitar sudah lama hilang, jadi gitar sudah tiada lagi. Itu juga yang membuatku jadi penasaran lagi dengan gitar. Tak sungkan, akupun meminta ayah ingin belajar gitar. Seperti biasa, ayah hanya mengangguk saja tanpa mengeluarkan kata-kata. Dulu, aku berkata dalam hati "ngangguk terus, padahal engga ngapa-ngapain." Namun aku mencoba meyakinkan bahwa anggukan ayah bagiku merupakan suatu reaksi bahwa suatu saat ia akan melakukan sesuatu untukku.

Beberapa bulan ke depan, ayah membawa sebuah tas besar. Aku menghampirinya dan ternyata ia membawakan sebuah gitar baru!!! WOW itu membuatku ingin cepat belajar! Aku langsung antusias meminta belajar padanya yang sudah mahir. Memang, ia mengajarkanku kunci C. Tapi itupun mungkin hanya berlangsung 5 menit saja. Karena jariku belum terbiasa dengan gitar, aku kaku memegangnya sehingga mungkin ayah lelah berbicara padaku yang belum bisa terus. Yahh, akhirnya ia bilang "nih! belajar sendiri." Yah! akupun mengambil gitar itu dari pelukan ayah. Huft -___- lagi-lagi belajar sendiri.. Tapi tak apa. aku pun menguliknya sendiri. Melihat kepenasaranku yang terus mengulik, ayah tidak tinggal diam. Ia pergi keluar dan pulangnya ia membelikanku sebuah buku gitar!! Itu sangat menolongku dalam belajar! Tapi ia memang tak berkata banyak. Hanya memberiku buku itu. Huft! Belajar sendiri lagi! belajar sendiri lagi! Hingga kini, buku gitar itu menjadi guru tersendiri untukku yang akhirnya dalam ujian praktek seni musik aku bisa menampilkan musik  yaitu gitar walau sebenarnya masih belum mahir, tapi ya lumayan lah lagu sederhana juga yang penting tugas beres ;)

Kelas 3 SMP, aku mulai penasaran dengan bahasa arab. Ayah yang memang mahir juga dalam berbahasa arab mau gundul ataupun apalah pokoknya waw banget. Disana aku mulai minta diajarkan lagi. Susaaaah sekali disini mencari les bahasa arab yang akhirnya aku meminta pada ayah :D lagi-lagi hanya sebuah anggukan tanpa sebuah tindakan. -_- akhirnya aku mencari buku bahasa arab sendiri di "perpustakan" milik ayah. Dan ku temukan bukunya. Tapi aku tidak mengerti dengan istilah-istilahnya. Akupun bertanya pada ayah satu per satu namun mungkin karena aku terlalu banyak bertanya ia pun berkata "nanti juga kamu belajar!" hah? belajar dimana coba? kan aku di SMP ga belajar sama sekali bahasa arab! aku juga ngga les! huft! -___-

Suatu hari ayah menunjukkan padaku suatu SMS yang berisikan ajakan belajar bahasa arab selama 3 hari. Aku pun diantarkannya kesana. Namun setelah beres acara tersebut, aku sama sekali tidak mengerti apa yang pembicara sampaikan. Terlalu cepat bahasa arab dalam 3 hari. Padahal harusnya mantap dalam bertahun-tahun kan? aku pun bilang bahwa aku tak dapat menangkap ilmunya dengan baik.

Dan ternyata, tindakan ayah ini menghasilkan sebuah keputusan bahwa aku akan dimasukkan ke sebuah pesantren. Sebenarnya aku masih ragu. Ayah memberikanku pilihan "SMA, SMK, atau pesantren". Di sisi lain, aku ingin SMAN karena disana ada pelajaran Bahasa Jepang yang membuat aku pasti semangat belajar karena aku memang penasaran dengan bahasa jepang juga (suka anime jadi suka bahasanya, so pasti pengen belajar jadinya) tapi, SMA ini lumayan juga biayanya dan pembukaan pendaftarannya juga lama. So pindah ke pilihan ke 2, SMK. Kalau SMK, aku ingin memilih jurusan tataboga. Tataboga ada, tapi mahal! padahal aku kan ingin bisa masak -___-  ada juga yang masih bisa terjangkau biayanya, tapi jauhhhh!! masa bulak-balik minta anter jemput terus kan gak mungkin nyusahin org rumah terus! -__- akhirnya mau gak jadi masuk SMK. Eh tanpa konfirmasi padaku aku sudah didaftarkan pesantren oleh ayah. Kalian bisa lihat di postingan sebelumnya tentang pertama aku masuk pesantren itu gimana. Sangat sangat kaget hingga aku menangis. Wajar lah, pemula ! Sebelum masuk pesantren aku sempat kecewa, kenapa? "disana gak ada bahasa jepang :( disana gak bisa masak sendiri :( dll"

Karena aku menangis (gak betah), ayah mulai menasihatiku "Hey! bukannya dulu ingin belajar bahasa arab? Di tempat les manapun belajar bahasa arab tanpa dipakai dalam keseharian akan susah bisanya, jadi percuma. kalau memang ingin serius belajar bahasa arab! Coba disana amalkan yang sudah kamu dapatkan ilmunya! Pasti cepet bisanya!"

Ih aku agak kaget sih, gak biasanya ayah berkata-kata panjang menasihatiku. Namun dari sana aku mulai berpikir lagi. Di pesantren ini bahasa arab dan inggris yang benar-benar ingin aku pelajari justru wajib jadi bahasa percakapan sehari-hari! So pasti cara belajar bahasa ini menjadi intensif. Wow! Bukankah ini dulu yang aku pinta pada ayah? Ya! belajar bahasa arab dan Inggris! Kini anggukan ayah menjadi kenyataan yang luar biasa! Aku diajarkan secara intensif dan setiap harinya wajib kosakata yang sudah aku ketahui, dipakai dalam percakapan juga,. Terima kasih, ayah!
Lalu? Kata siapa di pesantren gak ada Bahasa Jepang? Justru pesantren yang ayah pilihkan untukku ini ada ekstrakulikuler Japan Club nya!!! Malah JC ini lebih dari sekedar belajar biasa. Disini, kita belajar menulis huruf Katakana Hiragana, belajar bahasanya, percakapan, kata mutiara, lalu juga diajarkan ada apa saja di Jepang itu? Bagaimana cara memegang sumpit yang benar? apa kebiasaan orang-orang jepang? Ada juga anime, manga, dan semua tentang jepang kita belajar disini. Bukan hanya bahasanya saja! Dan yang tak kalah hebatnya lagi di JC ini juga diajarkan bagaimana cara membuat Sushi, Onigiri, dll! Ini kan tataboga? malahan tataboga Jepang lagi!! WOW!!! Inikan yang aku mau? di SMK aku ingin jurusan tataboga! Disini juga ada kok tataboga, selain masakan jepang juga ada kok! WOW banget!!! Gitar? tentu saja ada ekskulnya!! Ini ternyata arti sebuah anggukan sang ayah atas pintaku dulu. Padahal dulu aku menganggap remeh atas anggukan anggukan yang aneh tanpa kata-kata itu. Tapi inilah, semua yang ingin aku pelajari pun ada di pesantren ini. Termasuk belajar cara mandiri, sabar, dan rajin beribadah pada Allah swt. Di pesantren lain jarang ada Japan Club, lho! Aku baru menemukan nih pesantren ada belajar Jepangnya :D si ayah gak salah milih deh!

Nah darisana lah aku tahu bahwa anggukan sang ayah begitu bermakna. Aku juga tahu, kenapa ayah tidak mau langsung mengajariku dan hanya memberikanku fasilitas-fasilitas belajar dan hanya MENGANGGUK saja, itu karena ia ingin aku menjadi anak yang mandiri! Dididik supaya mandiri dari kecil sehingga sudah besar nanti tidak kanget jika disuruh mandiri. 

Saat aku pesantren, ayah dan ibu menjengukku disana. Hanya Ibu yang keluar dari mobil. Aku bertanya, ayah mana? Keluarlah ayah dan aku mencium tangannya. Kali ini, ayah yang mulai pembicaraan singkat padaku. "Gimana? Betah?" ahaha. biasanya aku yang bawel sekarang ayah yang memulai. Yah aku jawab betah karena kan kasih kabar gembira untuk ortu juga dapat pahala :D lagi-lagi saat aku menjawab betah, ia menjawab dengan anggukan. Tapi kali ini ditutup dengan kata "Ya, syukurlah." sambil tersenyum.... Oh inilah MAKNA ANGGUKAN SANG AYAH.

1 komentar: