Jumat, 29 Januari 2016

The Best Generation

Generasi terbaik. Siapakah generasi tsb? Yups! generasi para sahabat. Sahabat itu??? Adalah orang-orang beriman di zaman Rasulullah, mereka yang diberi kesempatan mulia untuk dapat bersua dengan Rasulullah.
Serendah-rendahnya sahabat, jika dibandingkan dengan seadil-adilnya pemimpin diluar generasi sahabat, sahabat lebih mulia derajatnya karena dianugerahi nikmat yang begitu besar, melihat langsung wajah mulia Rasulullah. Contohnya Umar bin Abdul Aziz, beliau adalah khalifah yang terkenal adil dan bijaksana di zaman kekhalifahan Umayyah. Namun derajat beliau tetap jauh dibandingkan dengan Wahsy, seorang sahabat yang dulunya adalah seorang Kafir Quraisy yang membunuh paman Rasul , Hamzah. Namun ia dimuliakan dengan islam. Wahsy, ketika Rasul melihat wajahnya, Rasul bersedih karena selalu teringat akan paman tercinta sehingga kadang memerintahkan Wahsy untuk tidak menampakkan diri di hadapan Rasulullah, bukan karena benci!, tapi karena dengan melihat wajah Wahsy, beliau teringat pamannya sehingga menjadi sedih... Sahabat yang demikian pun jika dibandingkan dengan Amirul Mukminin diluar generasi sahabat, jauhhhh derajatnya. Mengapa demikian? Sahabat yang melihat langsung Rasulullah, melihat betapa menawannya akhlak beliau sehingga mereka memiliki iman yang lebih berkualitas, kecintaan kepada Allah dan RasulNya yang sangat mendalam menjadikan iman mereka menjadi TOP! Secupak gandum yang diinfakkan sahabat, lebih berharga daripada segunung uhud emas yang kita infakkan. :) Itulah generasi terbaik, Salafussalih yang menduduki gelar generasi terbaik!!!!

Indah memang generasi itu. Kau tahu, Ibn Abbas? Beliau belajar menghadapi hidup dalam lapangan ilmu yang luas. Ia berbaring beralas surban di depan pintu orang yang ia harap dapat mengajarkan 1 kalimat hadits saja. Ia menunggu disitu tanpa mengetuk pintu hingga penghuni rumah yang ditunggu keluar sendiri.
Ada juga Salman Al-Farisi yang mencari kebenaran sebelum datangnya Nabi Saw. kepada uskup di Palestina misalnya. Ia mencari kebenaran hingga ke beberapa uskup yang akhirnya "kemana lagi saya harus pergi menemukan orang yang benar?" ia pun bersua dengan Nabi tercinta :)
Tidak ada yang mendebat bahwa abad 6 & 7 Masehi adalah periode sejarah paling kelam, tdk ada kekuatan apapun di bumi yang dapat dijadikan pegangan. Carut marutnya agama pada abad ini hingga andai kata para pemeluk agama terdahulu yang telah meninggal dihidupkan kembali, mereka tidak akan mengenal lagi agama dan keyakinan mereka itu. Zaman sekarang, zaman teknologi berkembang, zaman disaat agama bukan lagi untuk diselewengkan, tapi untuk diaplikasikan dalam kehidupan, ada baiknya kita menjadi mercusuar yang memancarkan ilmu-ilmu kebenaran :)

Kau tahu Anas bin An-Nadhr? Ketika perang uhud "Ke surga... ke surga...! Demi Tuhan Penguasa Ka'bah, sungguh aku mencium aroma surga dari lereng Bukit Uhud." teriaknya. Yang menuturkan kisah ini mengatakan "di tubuh Anas terdapat 89 luka tebasan pedang, tombak, panas. Tidak ada yang mengenali jasadnya kecuali saudara perempuannya, karena ia mengenal cincin yang dikenakan. Menjelang berkecamuknya Perang Badar, Rasulullah "Sambutlah surga seluas langit dan bumi!". Mendengar hal itu Umair bin Al-Hammam takjub hingga ketika ia makan bekal kurmanya, ia mengatakan "terlalu lama umurku jika harus menghabiskan seluruh kurma dalam keranjang ini." ia pun syahid :)

Kau tahu pemimpin-pemimpin pada zaman itu? Sifat-sifat mereka begitu istimewa.
Jasar dan ruh mereka tumbuh dengan seimbang. Mereka menggunakan syariat Ilahi, pedomannya buku yang suci, tidak berjalan diatas hawa nafsu, tidak membuat undang-undang atas dasar nafsu.
Mereka tidak memandang jabatan sebagai sumber rezeki, tapi sebagai amanat dan ujian. Dan orientasi jabatan yang dibebankan di pundak mereka bukan untuk kesejahteraan suatu kelompok etnis tertentu.
Disebutkan bahwa mereka pada malam hari adalah pendeta, siangnya kesatria.

Dahulu waktu perang Al-Madain ghanimahnya adalah mahkota dan permadani Kisra! Bayangkan, itu bisa ratusan ribu dinar! Jika itu terjadi pada zaman sekarang, mungkin ghanimah itu sudah dikorting beberapa persen. haha .. tapi zaman sahabat, ga ada tuh yang ambil untuk jadi milik pribadi. Terus apa yang mereka lakukan? Mereka membawa ke gubernur untuk diserahkan pada khalifah!
Bagi mereka, dunia itu sebagai karunia yang akan dijadikan muasal dari tiap kebaikan.

Kemajuan materi memang dianjurkan tapi tetap bukan jadi tujuan hidup.

Jika membahas Khulafaur Rasyidin, mungkin readers sudah lebih mengetahui kemuliaan mereka, seperti Abu Bakar yang karena kurusnya, sarungnya itu mengulur kebawah. Dan juga Umar bin Khattab, 4 makmum terjengkang karena bersin saat memeriksa saf shalat :-O
ada juga Utsman yang sangat pemalu bahkan Rasul pun malu pada beliau :)
ada Ali bin Abi Thalib, yang tidak hanya cerdas, ia juga pemberani sehingga dijuluki Haidar Al-Karar.

Rindu yaa kepada insan insan berlian seperti mereka. Kapan kita menemukan sosok kamil seperti mereka, pemimpin seperti mereka?  Wallahu 'alam ..

2 komentar:

  1. Subhaanallah ya, sungguh rindu akan sosok-sosok seperti mereka :)

    BalasHapus
  2. Subhaanallah ya, sungguh rindu akan sosok-sosok seperti mereka :)

    BalasHapus