Setiap orang, setiap jiwa, setiap insan memiliki naluri atau dalam Bahasa Arab dikenal dengan istilah Gharizah. Allah SWT sang Rahman Rahim memberi 3 naluri pada setiap insan, yaitu naluri tadayyun (beragama), naluri nau' (kasih sayang) dan naluri baqa' (mempertahankan diri). Yang akan ana bahas disini ialah salah satu dari 3 naluri yang ada, yaitu naluri nau'.
Maha Rahman Rahim Allah yang telah memberi kita naluri yang begitu luar biasa. Sebuah gharizah yang membuat kita saling mengasihi satu sama lain, menyayangi satu sama lain.
Sebagai manusia yang normal, dan sebagai wanita yang secara umum memiliki gharizah nau' tidak aneh dengan kata 'love'. Mengagumi atau bahkan mencintai sesosok lelaki yang belum tau siapa dia sebenarnya. Rasa yang muncul secara tiba-tiba terkadang membuat seorang wanita yang baik harus memendam perasaannya. Yang terkadang sakit yang dirasakannya.
Namun saatnya keluar rumah dan memasuki lingkungan masyarakat yang bercampur baur antara pria dan wanita? Tak asing lagi melihat wanita wanita memberikan kehormatannya, menjual murah kehormatannya yang harusnya ia jaga sebelum saatnya Allah halalkan.
Zaman ini, menyerupai zaman jahiliyyah yang terjadi saat zaman Rasulullah saw, bukan? Salah satu bedanya, saat zaman Rasulullah baru masuk ke kalangan mereka, mereka belum mengetahui ajaran islam yang sempurna. Namun sekarang? Islam sudah tersebar dimana-mana, ajaran islam sudah beredar dimana-mana. Namun tetap saja zaman sekarang ini mereka pura-pura tidak tahu dan "tutup telinga". Kesimpulannya, zaman sekarang ini lebih parah dari zaman jahiliyyah sebelumnya. Is it right?
Penyalah gunaan naluri nau' ini juga yang membuat ana pernah merasakan penyesalan.
Akhii wal ukhtii, sesuatu yang bisa kita pendam seperti perasaan yang kita miliki pada lawan jenis akan dibayar Allah kelak nanti. Allah akan menghalalkannya jika waktunya tiba. Nafsu yang terus menggoda iman memang sulit ditaklukkan dan merupakan perang yang paling sulit dikalahkan.
Apakah dua sejoli yang belum halal itu kekurangan kasih sayang? Atau apakah mereka tidak menyadari bahwa masih banyak insan-insan halal yang lebih menyayanginya? Lihatlah orangtua kita. Buka hati kita, lihatlah betapa mereka begitu menyayangi kita lebih dari si "dia" yang kau anggap pacar. Naluri nau' yang orangtua kita miliki dan mereka gunakan untuk menyayangi kita adalah kasih sayang yang sempurna menurut ana. Perjuangan mengandung 9 bulan membawa diri kita yang masih mungil dalam perutnya, perjuangan melahirkan yang teruhannya adalah nyawa. Namun mereka tetap berjuang membiarkan kita hidup di dunia karena mereka menyayangi kita. Perjuangan membesarkan, menyekolahkan, dll.
Terkadang kita tidak menyadari, waktu kita berbuat salah mereka mengingatkan kita dengan sedikit nasihat keras. kenapa? sebenarnya mereka menyayangi kita supaya kita tidak terjerumus pada hal negatif yang banyak beredar di masyarakat. supaya kita tetap berada dalam aturan Allah.
Terkadang orangtua menyerahkan kita pada suatu pondok pesantren. Tapi mengapa kadang kita berpikir bahwa mereka membuang kita karena sudah bosan mengurus kita yang sulit diatur? TIDAK, sekali lagi TIDAK. Mereka menginginkan kita menjadi pribadi yang mandiri, yang disiplin, dan membekali sesuatu yang berharga untuk menghadapi akhirat ataupun bagaimana caranya kita jika kita terjun ke dalam masyarakat yang sudah amburadul di zaman sekarang ini.
Lihatlah ayah dan ibu yang mengeluarkan air mata haru mendengar kita yang mengatakan "saya betah di pesantren ini". Hati mereka sangat tentram mendengarnya karena mereka merasa tenang kita berada disana.
Di pesantren sana, kita juga menerima ilmu tentang perjuangan orang tua. Sedikit renungan yang ustadz berikan pada ana:
Apakah kalian tidak menyayangi mereka yang susah payah mencari uang hanya untuk menyekolahkanmu disini? Coba kalian bayangkan, jika kau masih saja tidak menerima dengan apa yang mereka beri padamu lalu tiba-tiba saat kau sudah betah, mereka jatuh sakit. Makin lama sakitnya makin parah yang akhirnya ia dirawat di rumah sakit. Tubuhnya sulit digerakkan. Sesosok ibu dan ayah yang biasa menghibur, yang biasa mengusap air mata kita yang jatuh, kini mereka hanya bisa mengedipkan mata melihat kita dengan seribu penyesalan karena tidak menerima dengan apa yang tlah mereka beri. Tahukah anda, betapapun kita merasa kesal pada mereka, mereka tetap mendoakan yang terbaik.
Saat mereka tlah tiada, barulah kita menyesal, barulah kita sadar. Dan saat kita pun tiada, belum tentu di alam abadi nanti kita berkumpul lagi dengan keluarga kita tercinta. Saat satu-satu nama dipanggil, dan saat kita melihat orangtua kita dipanggil, kita hanya bisa melihatnya dari kejauhan. Saat sang ayah dihadapkan dengan api neraka yang sangat panas, wajahnya muram, dan ia melihat ke arah kita yang sedang melihatnya jua di depan api neraka. "Nak, tolong ayah, nak!" ucapnya sambil menangis. namun apa yang bisa kita lakukan? hanya tertunduk menangis tanpa pertolongan. Begitupun terjadi pada sang ibunda. BAGAIMANA JIKA TERJADI DEMIKIAN?"
Oleh karena itu, seharusnya kita bisa menyelamatkan mereka yang berusaha mendidik kita supaya menjadi pribadi yang islami dan taat pada Allah. Mungkin nanti kita bisa menyelamatkan ayah dan ibu kita dari api neraka dengan alasan "mereka lah yang berusaha, bating tulang, berkeringat demi aku agar aku menjadi pribadi yang taat pada Allah. Mereka mendidikku dengan baik, penuh perjuangan, dan penuh keikhlasan..."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar