Sabtu, 07 Desember 2013

Untuk apa hidup di dunia?

Kita dilahirkan ke dunia ini memiliki tujuan pastinya, walaupun kehidupan ini bukan kita yang menginginkan, tapi mestilah kita tahu tujuan kita disini apa sebenarnya?
Sejatinya, setiap manusia memahami tujuan hidupnya. Pasalnya, manusia bukanlah hewan yang tidak memiliki akal, sehingga hidup tanpa memiliki tujuan. Hewan, dalam kehidupannya hanya sekedar berupaya memenuhi kebutuhan jasmaninya seperti makan dan memenuhi kebutuhan nalurinya seperti kawin, tanpa pernah berfikir apa tujuan dari semua itu.
Sehingga, jika manusia tidak mengerti akan tujuan hidupnya, dan hidup hanya untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan nalurinya, maka tidak ada bedanya dengan hewan. Dalam hal ini, al-Qur’an menyebut manusia bisa saja lebih rendah dari pada hewan. (Web Khilafah)
Iya, disini kita sebagai muslim wal muslimah pasti ingin mengejar Ridha Allah swt. Karena dengan ridha-Nya lah kita tidak akan merasa rugi di dunia ini jika kelak kita kembali pada yang menghidupkan dan mematikan kita. Namun pertanyaannya, "Ya, pastinya menggapai Ridha Illahi. Namun apa manfaatnya kita utk orang lain di dunia ini?"
Bayangkan saja. Kita lahir di suatu keluarga. Apakah pantas jika kita terus membebani mereka tanpa ada suatu perlakuan balasan apapun dari kita yang membuat mereka senang dan membuat mereka merasa tidak ingin ditinggalkan oleh kita?
Diri saya pribadi pernah bertanya pada diri sendiri ketika saya sedang merenungi sesuatu, tersirat sebuah pertanyaan "Saya sudah 15 tahun hidup disini, saya sudah tumbuh sebesar ini. Dulu, saya kecil tak berdaya apa-apa. Terus menyusahkan keluarga. Sudah berapa banyakkah tenaga yang mereka keluarkan? sudah berapa banyakkah materi yang mereka korbankan hanya demi menghidupi saya yang mungkin belum bisa apa-apa. Untuk apa mereka merawat dan membesarkan saya? sedangkan saya yang sudah sebesar ini hanya tetap menyusahkan mereka. Sampai kapan mereka ingin mengurus saya? Untuk apa mereka mengurus saya, menyekolahkan saya? Yang dengan menyekolahkanku itu mungkin hasil belajar saya tidak membuat mereka bangga. Sudah besar dan jika beres sekolah? Bagaimana jika aku menjadi pengangguran? Lantas, untuk apa aku bersekolah? Untuk apa selembar ijazah itu? Jika pada akhirnya aku tidak menghasilkan sesuatu apapun untuk orang lain. Hanya terus menyusahkan. Makan, tidur, main. Makan, siapa yang membelikan makan? Kalau kita sudah makan, apa yang harusnya kita lakukan? Apa manfaatnya kita makan? untuk hidup kah? Lalu apa gunanya hidup jika tak mencari Ridha Illahi? untuk apa gunanya hidup jika terus menyusahkan orang lain?

Teman kita, kenapa mereka ingin menjadi teman kita? Apa ada manfaatnya kita bagi mereka? Apa yang telah kita lakukan pada mereka sehingga mereka tetap bertahan jadi teman kita? saya sebenarnya ingin menjadi teman yang terus dikenang, karena melakukan sesuatu yang luar biasa sehingga sesuatunya itu membuat dia tak pernah lupa pada saya. Tapi hal apa yang bisa saya lakukan jika terus berkata "takut" dan "tidak berani" menghadapi sesuatu yang akan membuat kita dianggap LUAR BIASA?
Ingin rasanya menjadi orang yang ketika kita baru lahir kita menangis tapi dunia tersenyum dan ketika kita kembali pada sang pencipta, kita tersenyum dan dunia menangis.

Tapi ingatlah, kecintaan pada seseorang mau keluarga, teman, atau siapapun tidak boleh melebihi cintanya kita pada yang menciptakan. Jika kita dibenci oleh mereka karena kita sering mengingatkan kebiasaan jelek mereka, tak apa. DIbenci manusia ingat "berakit-rakit ke hulu berenang-berenang ke tepian." Tapi dibenci sang Raja alam semesta demi manusia? HUBUDDUNYA namanya...

Semoga kita bisa menerapkan dan menjawab semua pertanyaan saya diatas dan mengaplikasikannya di kehidupan dunia fana ini. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar