Minggu, 02 Februari 2014

Langit Pucat

Langit, akhir-akhir ini kau terlihat murung. Kau yang dulu sepertinya tak pernah kosong, tapi kini ku lihat dirimu begitu pucat, kemudian menangis. Apa yang kau sedihkan? Ada, memang ada saat dimana kau cerah, tapi itu hanya sesaat. Sehari pun tidak. Ada disaat matahari bersinar terang tapi panasnya membakar!

Langit, hampir tiap malam ku memandangi berlian-berlian yang bertebaran pada dirimu. Tapi akhir-akhir ini berlianmu tak tampak hadir di malam gelapku.

Aku pun bersedih jika kau dan perhiasan perhiasanmu yang dulu hadir, sekarang mulai tampak tak beraturan. Bulan yang biasanya bersinar dan terlihat indah, namun yang kulihat sekarang adalah cahaya bulat yang terus terhalangi oleh awan hitam yang lewat menghalangi cahaya keindahannya.

Langit senja yang dulu melukiskan suasana pemandangan yang tak tertandingi, namun kini lenyap entah kemana. merah orange pink ungu dan biru mu dulu bercampur padu membentuk warna yang menyejukkan hati dan pikiran. Kini kulihat hitam, abu, dan putih terkepung awan.

Kau begitu murung, seakan kau mulai kosong tanpa perhiasan. Kembalilah, langit... Kembalilah sejukan hati, terangi hari-hariku lagi, sampai nanti, sampai akhir nanti......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar