Rabu, 08 April 2015

Inspirator Pembaharuan

     Aku adalah seorang laki-laki yang lahir dari rahim ibuku dengan sehat. Alhamdulillah karena RahmatNya aku lahir dengan kategori bayi sehat. Ya aku lah sang juaranya bayi sehat, karena aku tau bahwa tugasku kelak jika aku tumbuh dewasa sangat berat sekali. Oleh karena itu kupersiapkan jiwa dan ragaku untuk menghadapi masa hadapan yang penuh sukacita ! Bagaimana tidak? Aku terlahir sebagai lelaki! lelaki itu qowwaamuuna ‘alannisaa (pemimpin bagi perempuan). Tidak bagi perempuan saja sih. Aku ini punya cita-cita, aku punya mimpi, jadi pemimpin umat umat Nabi Muhammad saw salah satunya. Ya lah ibuku melahirkanku juga dengan menambatkan harapan padaku, aku ini terlahir sebagai lelaki, yang harus menjadi lelaki sejati pemimpin bagi diri sendiri, bagi keluarga, dan bagi umat-umat Nabi Muhammad saw. Karena sekarang ini muslims are such as loss of direction. Yang hanya bisa mejeng cari mojang doang. So poignant!

     Ketika aku duduk di bangku sekolah dasar, aku sering memperhatikan sosok ayahku, sosok pemimpin keluarga yang tegas. Tidak hanya pemimpin keluarga tapi juga memimpin santri-santri yang sedang mencari ilmu Illahi. Terkadang aku sungkan padanya karena aku masih menjadi lelaki yang lemah dan masih senang bermain. Tidak seperti beliau yang sudah oke dalam kepemimpinannya, firmly opposed all of crime. Jika aku datang ke rumah tidak tepat waktu, ayahku selalu membantingkan pintu rumah. Aku tidak mengerti mengapa ayah begitu keras sehingga berani membantingkan pintu di depanku. Karena aku begitu polos yang masih kebablasan di celana #eh, dan pemalu, aku diam dan cuek saja, tak berani bertanya pada ayah alasan beliau membanting pintu rumah.

      Ketika aku duduk di bangku SMP, aku masih ingin sekolah di luar, aku masih mencari jati diriku sendiri, siapa aku sebenarnya. Saat ini aku tidak peduli siapa aku, yang penting aku belajar di sekolah dengan sungguh-sungguh tak lupa juga mengaji di rumah, biar ilmu nya seimbang. Tapi terkadang lingkungan luar itu kurang baik bagi pergaulan. Ketika ada cewek yang memberikan ku coklat pun aku lari! Aku tak biasa dengan keadaan luar yang demikian apalagi berkecimpung dengan lingkungan yang ikhtilat kayak ngono. Namun Alhamdulillah Ketika itu aku termasuk salah satu pelajar lelaki yang selalu masuk ranking 3 besar. Tapi mungkin ini adalah ‘aamul huzn bagiku, di saat seperti ini aku harus kehilangan sosok ayah tercinta. Saat seperti ini ketika aku sedang aktif aktifnya mencari jati diriku, aku harus kehilangan sosok panutan dalam keluargaku. Saat itu juga aku dipilih menjadi ketua kelas di pesantren. Ketika itu aku sering melamun, aku selalu merenung tiap malam. pertama, mengapa begitu sulit menjalankan sebuah kepemimpinan yang sekedar di kelas saja? Tiba tiba ku teringat sosok ayah, mengapa ayah saja bisa memimpin dalam jangkauan yang lebih luas daripada hanya sebatas kelas? ketika ku pejamkan mataku disana aku mulai mengerti apa yang ayah maksud “membanting pintu” dalam keterlambatanku datang ke rumah. Ya akhir akhir ini aku sering merenungkan sesuatu, khususnya kepemimpinan ayahku yang begitu handal, profesional, dan menjunjung tinggi nilai keadilan. Saat itu juga aku tahu hikmah dari kepergian sosok pemimpin keluargaku, dari sini aku mulai menemui jati diriku sedikit demi sedikit.

     Sayang, ketika akhir semester aku terkena masalah remaja, aku belum bisa menjadi pemimpin yang baik bagi diriku sendiri, aku belum bisa melakukan jihad besar melawan musuh dalam diriku sendiri yang menjadikanku turun menjadi ranking 4. Dari sanalah aku mulai menyadari kesalahanku dan berkomitmen pada diriku sendiri agar tidak mengulang kesalahan yang sama.
    “Aku tak mau terjebak lagi dalam cinta palsu, biarkan ku sendiri menikmati sepi. Keyakinanku semua ini sementara. Menguji kesabaran, kuatkan imanku.
Nggak punya “seseorang” bukan berarti gak keren. Biar sekarang ku mengejar impianku. Menanti dalam ketaatan, ku ikhlaskan semua harapan, ku pantaskan diriku dihadapNya. Ku arungi semua malamku, dalam doa hati mengadu, ku yakin tuhan berikan yang terindah....”
Sudahlah, aku sudah berkomitmen pada diriku sendiri untuk tidak jatuh dalam lubang yang sama.

    Aku tiba-tiba teringat akan harapan kedua orangtuaku, yang sangat menambatkan harapannya padaku, yaitu untuk menjadi “agent of change”, pelanjut sejarah, penyambung tongkat estafeta perjuangan dan cita-cita orang tua. Aku ingin penjadi seorang inspirator pembaharuan. Syekh Mustafa Al-Ghulayaini berkata “di tangan pemudalah terdapat urusan umat & di kaki kaki pemudalah terdapat maju mundurnya umat-umat.” Tidak hanya itu . “syubbaanul yaum, rijaalul gadd” pemuda sekarang pemimpin masa depan. Dalam merealisasikannya tentu tidak akan ku paksakan sendiri, aku akan mengajak pemuda pemuda lain agar kami benar benar menjadi “agent of change” yang hakiki. Seperti dikatakan dalam ilmu nahwu bahwa mudhaf bisa menggantikan mudhaf ilaih, maksudnya para remaja dituntut untuk mampu menggantikan para orang tua, jadi para pemuda bisa mengambil ancang ancang untuk masa depan yang cerah!!
Aku mempelajari kepemimpinan Rasulullah yang begitu tremendous, beliau adalah sosok penyayang kepada semua makhluk Allah, an individual who must be imitated, who must be emulated, personal who is properly exampled. And he becomes an exemplary. Aku akan mencoba menjadi seperti beliau. Aku memelihara kelinci dan kucing di rumahku. Aku sangat menyayangi mereka, sosok pemimpin sejati adalah menyayangi semua makhluk Allah. Maka dari itu aku selalu memandikan hewan hewan peliharaanku ( pake pantene, hair dryer, conditioner ) T_T tak lupa kuberi makan tiap harinya, hingga sehat bugar mereka ini seperti aku sang bayi sehat ;) hehe
Seorang pemimpin berani menyuarakan kebenaran dimanapun ia berada, bahkan aku berani mengumandangkan adzan di tempat hiburan (haha, becanda deng) , aku harus berani! Di tempat hiburan adalah tempat dimana biasanya orang-orang lalai dari mengingat Allah, oleh karena itu aku harus berani menyuarakan kebenaran dimanapun aku berada. Aku ingin merealisasikan firman Allah. “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (Ali Imran (3): 110). Oleh karena itu aku berani menyuarakan kebenaran dimanapun aku berada! Fighting!!!!!

Sore menjelang maghrib....
Ya Allah, ketika aku keluar dari mobilku, aku baru menyadari betapa engkau menciptakan alam ini dengan tanpa cacat sedikit pun. “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka. (Ali Imran (3): 191) aku sangat terpana dengan ciptaanmu ini. Mengapa selama ini aku menutup mata, sehingga baru menyadari bahwa ciptaanmu sangat menakjubkan, hingga aku lupa pulang ke rumah. Subhanallah...

     Ketika aku lulus dari SMP, aku ingin lebih mengerti tentang ilmu akhirat, tapi aku tak pernah melupakan bagianku di dunia . “ Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan" (Qs. Al-qasas : 77)

     Oleh karena itu aku berani mencari ilmu dunia walaupun ke luar pulau. seorang pemimpin itu harus mampu berkomunikasi dengan dunia internasional supaya aku bisa menyuarakan kebenaran di seluruh pelosok dunia, maka dari itu ku pelajari bahasa internasional walaupun perjuangan sampai ke luar pulau. “barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barang siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Qs. Annisa : 100)
     Dalam hijrah pulau ini juga aku ingin melatih rasa percaya diriku untuk tampil di muka umum. Seperti diketahui sebelumnya aku ini seorang yang pemalu dan tidak PD tampil di depan umum. Namun ku coba pupuk rasa PD ku itu di pulau ini, yang aku tidak kenal penduduknya sama sekali. Disinilah ke PD-an ku mulai terpupuk, aku mulai bisa tampil di muka umum, aku mulai bisa berlatih menjadi seorang yang bisa menyuarakan kebenaran di depan umum. Alhamdulillah, aku akan pulang ke rumah dengan membawa rasa percaya diriku kesana. I’ve come so far. Don’t throw it away!!!

     Disamping itu aku juga bermimpi jadi seorang interpreneur handal layaknya Rasulullah, layaknya Abdurrahman bin Auf. Aku tak pernah lupa mengunjungi ladangku untuk merawat tanaman-tanamanku kelak yang akan menjadi bahan untuk masakan di rumah dan selebihnya bisa ku pasarkan. (Mumpung lingkungan rumahku masih lingkungan asri yang jauh dari polusi polusi, alhamdulillah...)
      Aku punya mimpi yang selanjutnya, yaitu menjadi seorang hafidz. Tapi aku juga ingin menjadi seorang dokter, melayani orang orang yang sakit. Dokter hafidz? Ah, tapi, itu masih jadi harapan primer. Walau belum seperti Raghib al-Sirjani, hal terpenting bagiku adalah bisa membaca dan memahami dan tak lupa merealisasikan al-quran in daily life. Itu yang terpenting. Eh satu lagi, mendakwahkan nya. Dan yang paling afdhol adalah menerapkan sistem al-quran dalam kepemimpinan, ““Barangsiapa tidak memutuskan perkara dengan apa yang diturunkan Allah, mereka itulah orang-orang kafir.” (Qs. Al Maidah: 44)
     Itulah segelintir dari cita-cita ku yang masih aku jadikan sebagai mimpi, yang aku masih jadi pemimpi yang siap bangun dan mengepal tanganku seraya berkata “laa haula walla quwwata illa billah” . Walau sekarang aku belum sehebat Khalid bin Walid dalam menjadi seorang panglima perang, paling tidak ku bisa memerangi musuh dalam diriku sendiri dahulu, diantaranya nafsu amarah dan kebodohan. Ya, kebodohan adalah musuh bagi diri kita. Oleh karena itu wajib kita perangi!! “wajaahiduu fillaahi haqqo jihaadih...” dan walaupun aku belum sebijaksana Sultan Al Fatih tapi aku akan menjadikannya sebagai contoh teladan pemimpin bagiku.
    Aku yakin aku bisa menjadi pemimpin yang bermoral, good deeds and words! The greatest problem that has confroted man from immemorial is the moral problem. The question is, is it possible that baldah thayyibah (welfare state) will be built if the leader has no noble moral?
Nowadays, there are ‘rogue of leades’ who have a mischievous mentality, wild soul, provocateur mentality, and corrupt sprit. Tapi aku tidak akan seperti itu! Insya Allah dengan menggunakan Al-quran dan sunnah sebagai guidelines in family life, neighborhood, community, station & state, akan tercipta the awaited moment,  terciptalah baldah thayyibah. Come on guys heal the world!








Walaupun ku tak sehebat Walid bin Mughiroh dalam bersyair dan tidak sepandai Zaid bin Tsabit dalam menulis setidaknya pembaca dapat mengambil hikmah dan mendakwahkan apa yang telah didapatkannya.


*Iyi Şanşlar ve iyi başarılar erkekler! Sizinde benim umudum koyuyorum. * -Niti S.H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar