Selasa, 09 Juni 2015

Jika Kita Berada di PengadilanNya

    Ketika mata menemukan aneka pemandangan yang menakjubkan, maka fokuskan pada salah 1 yg jauh lebih menakjubkan dan memesona sukma.
Mengamati bunga yang bermekaran, merayu kumbang dan burung untuk mengantar dan menabur benihnya di bunga lain utk dibuahi adalah sebuah fenomena yang menakjubkan, tanpa ada seorang pun yang dapat membuat semisalnya. Objek - objek yg demikian byk menggoda manusia untuk meneliti lebih lanjut hingga membuahkan kesimpulan bahwa alam ini tidak mungkin terjadi tanpa ada sang pengatur jagat raya. Rabbanaa maa khalaqta haadzaa baatilaa.

    Salah satu fitrah yg Allah berikan kpd manusia adalah sebuah potensi yang menunjukan bahwa setiap manusia pasti mempunyai keinginan untuk bertuhan. Potensi ini sebenarnya sudah build in...

    Semakin meningkat ibadahnya, semakin cerdas cara berpikirnya, semakin sensitif rasanya, semakin kuat aqidah dan tauhidnya. Konsisten dalam menjaga dan memelihara keistiqomahan dalam beribadah akan membuat diri semakin mudah untuk mempertanggungjawabkannya di hadapan pengadilanNya.

    Patutkah kita mengatakan bahwa ini terjadi dengan sia-sia? Sang Raja menciptakan alam semesta tidak sedang bermain dadu. Ia juga menciptakan semua ini dengan menurunkan pedoman agar hambaNya tidak tersesat. Allah tidak ingin hambaNya celaka, maka ia menurunkan pedoman. Ia tidak ingin hamba-hambaNya tersentuh api neraka yang menyala. Maka ia selamatkan kita dengan menurunkan sebuah panduan agar berjalan di bumi dan kembali padaNya dengan selamat. Bahkan Rasulullah pun tidak rela walaupun hanya 1 dari umatnya terkena oleh panasnya neraka. Maka ia selalu ya'muru bil ma'ruf wa yanhaahum 'anil munkari wa yuhillu lahumuttayyibaat, wa yuharrimu 'alaihimul khobaaits..... ...yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Al-A'raf 157)

    Sombong sekali jika kita hidup tanpa mengikuti pedoman yang telah diturunkan. Sombong sekali jika kita tidak menjadikan Ia sebagai satu-satunya dzat yang bertahta di hati.

Menjadi kategori orang yang beruntung tidak semudah mengedipkan mata, jika menjadi orang yang beruntung tentunya mendapat hasil yang WAH dari sang Raja. Dan jalannya tidak semulus jalan tol untuk menuju surgaNya. 
Ingat! ada yang selalu menginginkan kita menjadi bagian dari mereka. Simak kisah ini dalam firmanNya :

 "Allah berfirman: 'Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada, yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri, ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?'." – (QS.38:75)
"Iblis berkata: 'Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah'." – (QS.38:76)
"Allah berfirman: 'Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah orang yang diusir." – (QS.38:77)
"Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu, sampai hari pembalasan'." – (QS.38:78)
"Iblis berkata: 'Ya Rabb-ku, beri tangguhlah aku, sampai hari mereka dibangkitkan'." – (QS.38:79)
"Allah berfirman: 'Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh." – (QS.38:80)
"sampai kepada hari, yang telah ditentukan waktunya (hari kiamat)'." – (QS.38:81)
"Iblis menjawab: 'Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mereka semuanya," – (QS.38:82)
"kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka'." – (QS.38:83)
"Allah berfirman: 'Maka yang benar dan hanya kebenaran itulah yang Ku-katakan (diwahyukan-Nya)." – (QS.38:84)
"Sesungguhnya Aku pasti akan memenuhi neraka Jahanam dengan jenis kamu, dan dengan orang-orang yang mengikuti kamu di antara mereka (manusia) kesemuanya'." – (QS.38:85)

Bisakah kita melawan godaan syetan? Bisakah kita melawan musuh nyata kita? Bisakah kita menjadi orang yang beruntung dan mukhlis?
Menjadi orang yang beruntung harus bisa memiliki anggapan yang benar-benar yakin bahwa dunia itu kesenangan SEMENTARA! banyak sekali ayat-ayat quran yang memperingati bahwa dunia alam ini lahirnya berupa tipuan, maka hawa nafsu melihat lahir tipuannya, firman Allah : "maka janganlah kamu tertipu oleh kehidupan dunia'' , wamal hayaatuddunya illa mataa'ul ghurur ''tiadalah kehidupan dunia ini melainkan kesenangan yang menipu'' 
Allah beberapa kali mengingatkan , supaya apa? .."(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini..." (Al-Araf 172), وَكَذَلِكَ نُفَصِّلُ الآيَاتِ وَلَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ  "Dan demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu, agar mereka kembali (kepada kebenaran)."

Maha Rahman Rahim Allah, Ia tidak membiarkan hambaNya tersesat. Ia mensyariatkan sesuatu semata untuk keselamatan hambaNya. Apabila kita ingkari, sama sekali Ia tidak pernah merugi walau sebesar biji dzarrah pun. Ia sama sekali tidak membutuhkan kita, akan tetapi kita makhluknya yang penuh keterbatasan? Laahaula walaa quwwata illa BILLAH... Terbayang jika Allah tidak lagi memandang kita karena kedurhakaan kita padaNya. Maka pada siapalah lagi kita kembali? Inilah galau yang hakiki :D

Seseorang berkata "Kenapa Allah memberikan ku Rizki tidak seperti si Fulan?" inilah perkataan orang yang egois terhadap harta, tidak mau menginfakkan hartanya di jalan Allah.
"...Allah tidak mendzalimi mereka, tapi merekalah yang mendzalimi dirinya sendiri...." . Banyak juga firmanNya yang semisal dengan ini. Supaya kita tidak suudzan pada Allah terhadap musibah yang menimpa kita. Intropeksi diri we atuhlah kalau punya musibah teh... Malahan mah musibah itu harusnya jadi kesempatan buat seorang muslim tuh sebagai penghapus dosa. Jangan jadikan musibah sebagai kesempitan, tapi kesempatan!!! musibah sekecil apapun jika kita pandai mengatasi dengan akal dan hati yang sehat, wah keren lah! Inimah gimana coba udah mah dikasih cobaan, penderitaan, eh malah ngeluh? malah ga sabaran? tambah-tambah aja deh loh penderitaannya jadi 2x lipat. Kasian deh loh! Udah deh dikasih masalah teh harusnya bersyukur. Dosanya InsyaaAllah dihapus kok. sok geura. Ngeluh mah biasa lah godaan nafsu yang akan menambah kerugian, udah mah diuji, Allah gak ridha lagi da ga sabaran! Kerjaan ngeluh mulu daa... (Nyadar diri, kesel pada diri sendiri. Hiks T_T)

   Pake logika dlu deh sekarang... Allah itu menyukai orang yang menginfakkan jiwa raga dan hartanya di jalan Allah. Maka apabila si A diberi rezeki dan rezeki itu dibagikan ke orang-orang yang berhak maka tentulah Allah ridha sehingga Ia dapat memberikan rezeki pada orang lain juga dengan perantaraan si A karena Allah tau bahwa si A akan memberinya pada orang lain yang memang berhak. Dan terus rizkinya mengalir jika terus dialirkan. kalau di mampetin ya mampet lah! Ya logika saja itu... Ya kalau harta di makan sendiri mah, tunggu aja di pengadilanNya. Apakah kira-kira yang akan ditetapkan oleh sang ahkamul haakimin?

   Pokoknya hati-hati lah dengan desas desus hati dan pikiran. Apalagi jika berburuk sangka pada Allah, semua organ tubuh kita nanti jadi saksi didepan Ahkamul Haakimin. Tak bisa kita mengelak lagi. Ketika kita disuruh membaca catatan amal baik kita, kita berani membacanya. Tapi giliran disuruh membaca amal buruk di depan Ahkamul Haakimin, rek kumaha? diemlah kita, nanti Ahkaamuul haakimin bertanya "kenapa diem?" . jawab "Kita malu" . "Mengapa kamu malu padahal saat kau melakukannya kamu sama sekali tidak pernah merasa malu." Skak loe! yang ada ketika itu hanyalah penyesalan. Namun percuma weh. Penyesalan tidak berguna lagi. Yang ada balasannya itu lho nu akan menerpa diri. Naudzubillah... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar