Kamis, 24 September 2015

Ukhuwah Fillah



Wahai, hidup ini indah dengan dekapan ukhuwah… Apalagi sebuah keluarga yang bekerja sama tuk raih ridha Illahi. Para peneliti memberitahukan bahwa salah satunya alas an kita menjalani sosialisasi adalah demi kepentingan pribadi. Atau sekedar penyeimbang yang diperlukan untuk menjaga egoism. Ya, menyendiri adalah penderitaan. Tapi kebersamaan tak kalah buruknya.

Inilah “Dalam Dekapan Ukhuwah”. Contoh kebersamaan seseorang. Nabi Musa as, dengan berbagai mukjizatnya, beliau masih merasa belum utuh. Ia meminta 1 hal lagi pada Allah. “Dan Harun saudaraku,” pintanya. “jadikanlah ia pendamping yang menguatkanku,” Allah mengabulkan. Musa dan Harun berjuang di jalanNya memimpin kaum yang sulit ditata dan mengalahkan Firaun yang perkasa. Mereka bersama suka dan duka, perdebatan dan pertarungan mereka lalui, membebaskan Bani Israil dari perbudakan hingga memimpin mereka berhijrah dan menyaksikan tenggelamnya sang tiran. Juga bersama menghadapi saat saat sulit ketika Bani Israil makin rewel, menyembah patung lembu, membangkang pada Allah. 

Mereka saling menguatkan untuk merubuhkan kedzaliman. Saling menguatkan untuk menegakkan kebenaran. Dan kita tahu, bahwa Musa as minta pada Allah agar Harun jadi penguat di sisinya atas berbagai kelemahan yang dimilikinya.
Yang menjadi sebuah ironi ketika sebuah keluarga tidak saling mendukung adalah kehancuran, Cordoba misalnya. Yang salah satu faktor hancurnya islam di kota peradaban dunia itu adalah pemberontakan dari keluarga amir sendiri. (yang pada waktu itu sang khalifah, Hisyam Al-Mu’ayyad Billah  juga diangkat menjadi khalifah saat usianya 12 tahun (dalam sumber lain 11 tahun)).
Contoh ukhuwah lain, Abdullah bin Ummi Maktum, orang yang karenanya Rasul ditegur Allah swt, karena saat itu Rasulullah sedang berada di hadapan para pembesar Quraisy, membacakan ayat-ayat Allah pada mereka. Saat itu teramat tinggi hasrat Rasulullah agar para pemuka itu mau menerima dakwah, karena mereka adalah pemimpin kaumnya, begitu piker beliau. Akan banyak orang yang ikut langkah mereka, biidznillah. Maka kedatangan Abdullah itu yang buta dan lemah tanpa kuasa itu terasa seperti sebuah usikan kecil bagi ambisi Rasulullah. Kehadirannya seolah menjadi citra bahwa yang ikut ajaran Muhammad adalah orang-orang dhuafa, faqih, terbelakang dan pandir. Itu pasti akan membuat para pemuka tak nyaman dan makin enggan. Oleh sebab itu Rasulullah bermuka masam dan berpaling. Allah menegurnya dengan turunnya surat Abbasa. Tegas dan lugas!
Namun akhirnya Abdullah bin Ummi Maktum hidup dalam dekapan ukhuwah, merasakan manisnya persaudaraan islam yang tak membedakan derajat, kepemilikan, dan penampilan. Hingga satu waktu, Rasulullah mempersaudarakan lelaki buta dan dipandang sebelah mata ini dengan lelaki paling memikat di segenap penjuru ka’bah. Siapakah beliau?!!!! Jawabannya adalah Mush’ab bin Umair.
Rasulullah bahkan mengutus Abdullah dan Mush’ab sebagai 1 tim kerja ke Madinah untuk memenuhi request para penduduk Yastrib yang berbaiat di aqabah. Mereka harus berdakwah, menyirami jiwa-jiwa yang haus akan nilai-nilai Rabbani.
Mush’ab yang rupawan, elegan, mengundang kekaguman. Akhlak yang baik itu bertugas jadi daya tarik. Dengan tuturnya yang lembut, sikap santunnya yang memikat, hujjah hujjahnya yang tak terbantah, susunan kata yang mempesona, beliau taklukkan pemimpin kabilah, Sa’d bin Mu’adz misalnya, yang islamnya diikuti seluruh kaum. Alhamdulillah…. :)

Sedangkan Abdullah bin Ummi Maktum melakukan pembinaan bagi mereka yang berserah diri ke jalan Allah. Penduduk Yastrib dibacakan ayat-ayat Allah lalu mentazkiyah mereka, mengajarkan kitab dan hikmah. Padahal secara dzahirnya mungkin Abdullah dan Mush’ab saling berkebalikan, tapi jangan salah, batin mereka sangat kompak cuy!

Seorang dokter bernama Myriam Horsten mengemukakan teori “Variabilitas Jantung” ternyata jantung yang sehat adalah orang-orang yang sering sering terhubung dengan sesama manusia. Mereka yang aktif dan banyak terhubung dengan sesama manusia dalam sehari mengalami tertawa, bersemangat, bergairah, tapi juga marah. Mereka frustasi, berelaksasi, bersedih, tegang, tersenyum, takut, cemas, optimis. Guncangan emosi seperti ini yang dipicu dari hubungan-hubungannya dengan sesama mempengaruhi berbagai hormon, utamanya adrenalin yang turut serta mengatur kerja jantung. Inilah hasil penelitiannya yang menunjukkan bahwa Islam itu indah, menuntut kita untuk terus menjalin silaturahmi. Itu berarti orang yang flat sosialisasinya, maka jantungnya juga jadi flat, tidak seoptimal kerjanya jantung yang guncangan emosinya baik. (Hmm bagaimana ya kalau orangnya pasif dalam bersosialiasi? :) )

Terkadang rasanya ingin menjadi seperti angin, bermanfaat bagi kehidupan lain juga. Membantu penyerbukan bunga pada tanaman, memindahkan awan dan mendatangkan hujan di tempat tandus, mempunyai energi kinetik untuk menggerakkan kincir angin, dan menyegarkan udara dan menyejukkan. Angin tidak menampakkan dirinya, tapi manfaatnya terasa :) gak perlu riya dengan kebaikan, yang penting kebaikan itu terasa di hati saudara seiman karena amalan utama setelah amalan fardlu adalah menyenangkan hati sesama muslim :) :) :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar