Selasa, 13 Desember 2016

Persiapan

Hijrah, kata yang berisim failkan muhâjir, artinya orang yang berhijrah. Begitulah mereka memanggil kami sebagai orang yang datang dari negeri yang berbeda-beda, khususnya kami dari Indonesia.
"Maka tidak pernahkah mereka berjalan di bumi, sehingga hati (akal) mereka dapat mendengar?Sebenarnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada" ( Hajj , 44 )

Berjalan di bumi, apalagi sampai ke negeri jauh -Turki misalnya- adalah salah satu hal yang menakjubkan bagi segelintir orang. Pergi untuk mendapatkan pemahaman, sehingga ketika pulang dan kembali ke masyarakat akan ditanya -langsung/tidak langsung- tentang apa yang didapat selama belajar di Turki.

Sebelum sampai kesini, sebelumnya kami belajar quran. Ketika pulang nanti bukan tidak mungkin kami ditanya tentang al-quran, karena mereka mungkin akan mengira bahwa hafalan kami di Turki sudah mantap! Ketika di Turki mereka (masyarakat) bertanya tentang apa saja yang kami pelajari disini. Ketika kami jawab "ilmu agama" bukan tidak mungkin mereka juga akan bertanya permasalahan agama yang seharusnya dijawab dengan jawaban yang bisa disesuaikan dengan kondisi masyarakat saat itu.
Apabila kami mengatakan di Turki belajar *banyak hal* maka bukan tidak mungkin juga mereka akan bertanya tentang *banyak hal*..

Itulah lisan. Jawaban dari pertanyaan "belajar apa di Turki?" mungkin beragam. Akan tetapi bukan hanya di akhirat hal ini ditanyakan bahkan di dunia pun tidak bisa dielakkan.
Bila saja tidak memahami apapun dalam melakukan perjalanan di bumi (hijrah), yang kami takutkan adalah kebutaan hati (akal) seperti yang difirmankan Allah di awal permulaan tadi.

Memahami sesuatu berarti bisa menjelaskannya. Apabila tidak bisa menjelaskan, artinya tidak memahami dengan baik. Begitu kiranya kata kata dari para pembesar kami. Faham saja tidak cukup. Kita memahami untuk membuat orang lain faham, bukan? Dengan cara apa? Penyampaian! Cara penyampaian kita menentukan bagaimana mereka faham (walau dalam kisaran beberapa persen saja). Oleh karena itu bukan tidak mungkin juga terlontar permintaan dari masyarakat untuk menyampaikan sesuatu. Apa alasan kita menolak? sedangkan Ar-Rahman 3-4 sering kita baca berulang kali. "Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara."

Jadi, apa yang akan kita beri pada umat Nabi saw (setidaknya) ketika pulang nanti?
Rabbi zidnii 'ilman ...( taha 114)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar