Jumat, 28 Juni 2019

Ujian Pertama Yang Memuncak

Pertama kali dalam hidup. Ujian tahfidz akhirnya terlaksana. Perlu diketahui, saya sebenarnya adalah orang yang belum punya pengalaman ujian tahfidz (paling ujian juz  30 itu juga pas mau masuk asrama itu juga jawabnya ragu ragu, entah bener apa nggak itu juga itu juga, gak tau dah nggak bakat kayaknya.
Lah kenapa bakat? kalau mau, nggak perlu nunggu bakat kali ya. Sebenarnya saya adalah orang yang ceroboh. Sifat ceroboh ini kalau udah menimpa orang yang menghafal, mesti hafalannya sering nyasar nyasar. Apalagi kalau bacaannya cepet, tambah gak karuan. Tapi ini bukan berarti orang yang ceroboh nggak bisa menghafal quran ya! Dengan menghafal, -apalagi Alquran-  bisa jadi sarana sebagai latihan bagi orang ceroboh macam saya untuk agak lebih berhati-hati.
Alquran... Ohh nggak bisa sembarangan baca huruf-hurufnya. Harus dilafalkan dengan makhraj dan tajwid yang benar. Kalau tidak, bisa berubah maknanya. Sepertinya ismun dan itsmun memiliki arti yang berbeda. Ismun artinya nama, sedangkan itsmun artinya dosa besar. Jadi walaupun membaca cepat, harus dengan ketentuannya ya.

Tanggal 25 Juni kemarin lho, belum juga ujian apa-apa udah langsung ikut ujian 30 juz aja. Padahal pengalaman ujian 5, 10, 15 atau 20 juz pun belum pernah. Loncat langsung ke 30 aja yak? Hehe

Langsung harus bisa membedakan ayat-ayat mutasyabihat yang bejibun.
Hampir setiap halaman ada bagian yang harus diperhatikan biar nggak nyasar ke halaman lain. Nah ini gimana caranya? ya ya Istiqomah mengulang!
İndahnya al-quran itu ya... dengan adanya ayat-ayat yang mirip dan sama, tiap menghafal kudu tetap fokus dalam membaca, bilghoib maupun binnadzar.
Membaca bilghaib, tidak hanya hafalan tapi kehati-hatian pun penting, agar pembaca tetap berada dalam kendali yang benar.

Saya menghafal dengan sistem osmani jadi sedikit kesulitan menyambungkan halaman satu dengan yang lainnya.
Bagaimana sistemnya? saya mulai menghafal dengan sistem putaran. Karena tiap juz ada 20 halaman maka kita sebut al-qur'an memiliki 20 putaran. Putaran pertama dimulai dari juz 1 halaman 20 lalu juz 2 halaman 20, dan seterusnya. Kalau sampai juz 30 halaman 20 sudah terselesaikan, boleh masuk putaran 2. Dia adalah Juz 1 halaman 19 dan 20 (19 itu halaman baru, 20 itu halaman lama yg sudah dihafal), lalu lanjut juz 2 halaman 19 dan 20, dan seterusnya. Bisa lanjutin sendiri sampai putaran 20 kan?

Jadi dgn sistem ini kagok banget kalau nggak hafal sampai beres. Nanti kalau ditanya, "udah hafal berapa juz?" dia bakal kebingungan.

Makanya keunggulan sistem osmani ini diantaranya harus tuntas sampai 30 juz. juga ngafalnya InsyaAllah ngga akan bosen, karena tiap hari juz yang dibaca itu beda-beda. Begitulah kurang lebih nya.

Lalu hasil ujiannya gimana? Lumayan sih dari lima atau enam pertanyaan hanya pertanyaan pertama yang dijawab nyasar nyasar (Padahal Juz 1 -_-), mungkin karena pertanyaan awal ya, jadi masih campur aduk sama yang namanya nervous. Gak bisa konsen jawab pertanyaan. Tapi Pertanyaan selanjutnya Alhamdulillah cukup lancar...
Belum bisa jawab detail dengan ayatnya sih, kalau ditanya ayat sebelumnya pun belum bisa. Kemampuan saya membayangkan ayat-ayat sebelumnya belum bisa dikatakan bagus. Gak papalah, bertahap aja yang penting istiqomah. Susah tau Istiqomah teh sebenarnya. :'( tapi gimana lagi udah jadi tuntutan kewajiban.

ama birşey dikkatimi çekti...
Ya Allah ditanya sama sesama manusia aja kayak gini. Mending 'agak' bisa jawab.
Nanti apa halnya kalau Allah yang bertanya? dengan keadaan seperti apakah ketakutanku? terlebih lagi kalau mulut udah bisu,  dan lidah pun kelu untuk menjawab. Astagfirullah.

Maka dari itu lisan ini harusnya perlu disinkronkan dengan hati yang berdzikir. Diisi dengan kata-kata yang baik, supaya nanti Allah menasibkan lisan kita untuk menjawab dengan jawaban yang baik pula.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar