Jumat, 05 Juli 2019

Kritikan Utk Sendiri

(kritikan utk diri sndri)
Rumah tahfidz, Oh itu adalah rumahnya para mutiara. Mereka yang ada di dalamnya sibuk menghafal ayat per ayat, halaman demi halaman, juz ke juz. İtulah mulianya. Sehari-hari bermahabbah bersama al-quran, suka duka dengannya. Tibtum ya ahlal quran! 1 mutiara itu ya kalau udah dijajarkan dengan yang lainnya, tak nampak kilaunya. Bgitu ia keluar dari kedalaman lautan nampaklah indahnya, diketahui bahwa ia adalah barang yang Begitu berharga. Apa maksudnya, Nit? itu sih sedikit permisalan aja. Yang ingin saya sampaikan disini adalah perlunya seorang penuntut ilmu untuk hadir di masyarakat. Kalau ilmunya hanya berkutik di pesantren, di rumah tahfidz saja, bagaimana dengan mereka yang tak memiliki kesempatan, bahkan tak berkeinginan untuk belajar sehingga mereka melakukan sesuatu yang tak diharapkan? moral rusak dilahap kebodohan. Mereka mereka ini yang justru akan merubah ekspektasi nenek moyang kita yang sejak lama menginginkan pemegang tongkat estafet yang amanah. Sekarang realita yang dipersembahkan malah terbalik. Andai nenek moyang kita dulu masih hidup, apa yang akan mereka katakan?
lihat aja penerusnya, punya ilmu buat sendiri, Alquran hafal hafal aja, tau arti nggak banyak, paham gak meluas, ditanya hukum masih harus tanya tanya, disuruh berbagi tiba-tiba amnesia, lupa apa aja yang didapat... ya itulah saya.
Beginilah kalau kurang komunikasi. Belajar kurang komunikatif T_T
Memang paling enak belajar dengan mngajar ya. Kalau belum bisa dikatakan mengajar, ya setidaknya sharing2  lah. Kenapa kok Niti bilang enak? Lihat orang yang asalnya nggak ngerti lalu kemudian mengerti oleh penjelasan yang kita jelaskan, apa nggak muncul rasa senang dan bahagia? mengajar, sharing, presentasi, retell juga bermanfaat untuk mengukur sejauh mana kita menyerap pelajaran, sejauh mana kita mengerti. Enggak hanya bikin orang ngerti, tapi juga harus ada perubahan baik yang muncul dari hasil pembelajaran itu karena ilmu itu harusnya membuat seseorang berubah, condong ke hal-hal yang positif.

saya itu loh hevesli banget, punya hasrat dan keinginan yang besar untuk bergabung dengan majelis-majelis ilmu, diskusi dan tanya jawab,  minimal di waktu waktu istirahat kami lah. Tapi tidak banyak atau mungkin belum banyak terwujud.
(Sebenarnya kalau saya bisa ditemukan dalam area diskusi juga yang bisa saya lakukan adalah bertanya dan bertanya, doang. Hehe.)  Ya kan saya ngajak diskusi bukan karena saya lebih tahu :D Tapi saya senang kok dengerin orang-orang yang interaktif memecahkan masalah umat. Senang rasanya lihat pemuda-pemuda yang semangat melakukan perubahan.

Btw, saya itu kalau ketahuan belajar pada waktu istirahat ya (kebetulan lagi rajin aja kali ya) Mereka bilang dengan nada ejekan "rajin amat!" Mungkin dia nggak biasanya kali ya lihat saya rajin. Soalnya saya terkadang itu gini lho, belajarnya sekarang, ngertinya besok. Nah gimana kalau nggak belajar? Kapan mau ngerti? padahal umat di sana meraung-raung, haus akan syariat, rindu dengan kehidupan Islam yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah, rindu dengan kedamaian tanpa harus menyudutkan kelompok yang lain, rindu dengan persatuan dan toleransi dalam perbedaan.

Jadi, kalau berdoa minta pinter, spesifikkan lagi coba, jngan egois untuk diri sendiri aja, lihat keluar, Iqra!, pelajari keadaan sekitar.
Dngan kalian pemuda yang pinter pinter, bisa jadi wasilah untuk menyelamatkan umat dari pengaruh dan isme-isme yang mereka rancang untuk memperdayakan kita kaum muslimin.
Cukup sudah dipermainkan dan dikendalikan sebagai wayang dan puppet yang polos dan imut-imut. Mereka akan gentar saat melihat pemuda pemuda zaman now ternyata mulai dekat dengan Alquran, mempelajari apa isinya, mengamalkan yang ada di dalamnya.

"Cukuplah seseorang dikatakan berilmu saat ia takut pada tuhannya. Cukup bagi seseorang dikatakan bodoh saat ia berbangga diri dgn ilmunya."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar