Jumat, 27 Maret 2020
Sering Dibahas Sulit Dilakukan
Gini...
dalam pendidikan, murid itu bisa datang dari kalangan mana saja. Bisa dari anak broken home, anak yg menganggap dirinya dibuang, anak yatim, anak orang kaya, anak pejabat atau anak orang terkenal,dll. Mereka memiliki kondisi psikis yang berbeda-beda. Ada yang mudah berontak, ada yang nekad, ada juga yang melakukan hal tak sehat.
Tentu tak semua jahat. Tapi sulit menyatukan pendapat.
Guru yang bagaimana yang tahan mengajar di kelas itu? Ketika muridnya dinasihati, malah mengolok olok. Ketika dihukum, tak dilakukan. Apalagi hukuman fisik, bukan lagi cara terbaik.
Padahal disana guru berpikir bagaimana bisa anak2 ini menjadi generasi cerdas harapan masa depan?
Visi misi telah dibentuk untuk membentuk generasi harapan. Tapi, visi misi bisa berjalan mulus apabila subjek dan objek pembelajaran bisa membangun sinergi yang baik. Jika bertepuk sebelah tangan maka sulit utk terwujud.
Jadi gimana?
Teringat kata kata Mbah Maimoen Zubair,
Jika guru mengajar untuk menjadikan muridnya pintar maka saat muridnya tidak pintar ia akan marah.
Niatkan mengajarkan ilmu dan mendidik dengan baik.
Masalah pintar atau tidak, serahkan sama Allah.
Doakan saja supaya diberikan hidayah.
Nah!
Betul sekali!
Selama ini saya membaca buku, pasti dari awalnya buku tersebut mengarahkan kita untuk niat karena Allah SWT. Dalam hal apapun! Teori nya seperti itu.
Praktiknya saya pahami saat saya merasa kesal pada anak-anak yang tidak ada keinginan untuk berubah dan merubah generasi agar menjadi lebih baik. Tapi percuma, tindakan kesal lalu marah justru membuat anak melakukan kebaikan karena melihat kita yang marah marah terus. İtu yang biasanya terjadi.
Terkadang saat kita bertindak dalam keadaan emosi memuncak, yang ada hanya membuahkan tindakan bodoh yang kemudian akan disesali.
Saya pernah membaca, jika kita tidak mampu membersamai Allah dalam tindakan kita, maka bersama lah dengan orang yang bersama dengan Allah SWT.
Saat emosi memuncak dengan kenalan anak-anak SMA, saya mengatakan bahwa usaha saya mengajar hanya sia-sia saja. Tidak ada perubahan perilaku dalam diri mereka. Sudah kehabisan kata-kata saya menasihati mereka.
Rekan saya berkata "maklum lah mereka anak SMA yang emosinya sangat labil dan sedang dalam titik pencarian jati diri" . Tapi saya tidak bisa menerima kata maklum tersebut. Seharusnya mereka bisa membedakan dan memilih mana tindakan yang salah lalu ditinggalkan, atau tindakan baik lalu dilakukan!
Kata maklum itu belum bisa saya terima.
Tapi saya tersadar ketika seorang sahabat mengatakan "lillahi ta'ala aja, yuk!"
Nah!
Kalau udah lillahi ta'ala alasannya, saya teringat petuah Mbah Moen di awal tadi.
Kadang seseorang yang kuat perlu dikuatkan lagi. Orang yang tahu pun perlu dikasih tau lagi.
Orang-orang sudah tahu tentang ikhlas. Tapi hanya teorinya saja. Dalam praktiknya, harus terjun langsung dlm kehidupan nyata.
Betul juga, kan? Dengan ikhlas, semua alasan apapun tidak akan memblock kita utk terus mengajar. Anak2 darimana pun bukan jadi masalah utk kita karena tujuan kita hanyalah Rahmatullah.
Bahkan saya pernah merasa terketuk hati utk berubah menjadi baik ketika saya melihat keikhlasan abi abi dalam mengantarkan saya membelikan keperluan pribadi. Hanya sekedar mengantar saja, tapi dengan melihat caranya yang ikhlas justru bisa menjadi wasilah turunnya hidayah...
Jadi, guru terbaik selain pengalaman adalah yang mengajarkan pada muridnya dilandasi rasa ikhlas dengan caranya yang terbaik.. İtulah indahnya memiliki iman. Bayangkan jika saja tanpa iman, bagaimana bisa mengajar jika bukan karena mengharapkan pahala dari Tuhan Semesta Alam?
Allahummaj'alhu hâdiyan wa mahdiyan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Harapan besar dirinya utk masa yg akan dtg digantungkan pada guru (juga), sbg orng tua kedua yg mengajarkan kebaikan utk kehidupan sseorang insyaallah akan ada kebaikan juga dari Allah. Satu saat mereka akan mengerti & akan mmberikan kebaikan (juga) utk orang di sekitarnya.
BalasHapusTtap jadi penerang dlm kegelapan mereka!!
Apakah anda msh aktif?
BalasHapus