Hani memperbaiki niatnya dalam membaca quran. Selama ini ia mengakui tidak membaca quran sepenuh hati. Dalam niat baiknya ini, ia ingin ayah dan ibunya pun teralirkan pahala dari bacaan qurannya.
Walaupun ia mampu untuk membeli quran baru, ia menginginkan quran barunya dibelikan oleh ayah ibunya. Dengan uang jerih payah mereka, Hani ingin mengalokasikan uang tsb menjadi tabungan pahala di akhirat nanti.
İa menelpon ibunya utk mengutarakan pendapatnya itu. İbu bilang iya.
Esoknya Hani bertanya kapan akan dibelikan quran? Ibunya mengatakan nanti, tunggu ayah.
Menunggu lagi hingga ayahnya datang... Tidak juga dibelikan.
Hani mulai bertanya tanya, kenapa membelikan 1 quran saja lama sekali? harganya 50rb juga tidak. Disana Hani mulai gundah. İa pun menelpon ibunya dan mengatakan bahwa ia akan membeli quran dengan uangnya sendiri.
Tuuuuutttt.... Telepon terputus.
İbunya menelpon kembali dan meminta maaf karena quran belum sempat dibelikan oleh ayahnya, akhirnya Hani beli sndri. Ibunya benar benar minta maaf dan merasa bersalah... Hani pun menjadi merasa bersalah karena telah membuat ibunya mengatakan kata maaf.
İnilah
Dalam hal yang sama sama amal baik pun, salah paham masih bisa terjadi, bukan? Sudah biasaaaaa!!
Hani punya niat agar uang orang tuanya bisa menjadi sedekah jariyah dari setiap huruf yg dibaca oleh Hani.
İbunya setuju sekali tpi harus menunggu kedatangan ayahnya.
Mereka sama-sama baik niatnya.
Dlm kondisi spt ini, apabila Hani berbaik sangka, ia akan sabar menunggu sampai ayahnya bisa membelikan quran yang baru, toh sebenarnya baca alquran manapun, insyaAllah utk org tua mah autopahala deh!!
Tapi kalau buruk sangka, yg ada Hani malah kecewa dengan ayah ibunya yang dianggap tidak mendukung rencana baiknya. Dianggap tidak peduli dsb.
Retaklah silaturahmi.
Prasangka itu begitu penting dalam menyetir tindakan manusia.
Jangan lelah berbaik sangka deh, gak akan rugi kok. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar