Kali ini kita akan bahas mengenai
kegalauan remaja qurani masa kini.
Waktu #dirumahaja dan waktunya
social distancing harusnya lebih bisa punya waktu lebih dengan alquran. Tapi nyatanya
mau social distancing atau tidak, remaja atau yang bukan remaja sama sama
memiliki hambatan untuk membersamai alquran, sehingga alquran begitu jauh
ditinggalkan. Tidak menghafal, membaca, atau bahkan membukanya saja tidak.
Kira-kira apa ya hambatan-hambatan yang menghalangi untuk bertemu dengan
alquran?
Nah saya mengadakan sharing
dengan, sekitar 50 orang peserta tahsin dan murojaah mengenai pengalaman
mereka dengan al-quran. Hambatan2 apa saja yang menyulitkan mereka dekat dengan
alquran. Bukan berarti saat ini kita jauh dari alquran ya tapi pasti setiap orang PERNAH memiliki
hambatan untuk membersamai alquran. Apa sajakah itu? Jawabannya macam macam,
Intinya, ada 5 hambatan utama yang seringkali menghambat kita untuk sekedar
membuka alquran :
1. Sulit mengatur jadwal alquran dengan kegiatan sehari-hari
2. Malas dan Ngantuk
3. Kurangnya partner qurani untuk saling mengingatkan
4. Mudah terpengaruh lingkungan burukT
1. Sulit mengatur jadwal alquran dengan kegiatan sehari-hari
2. Malas dan Ngantuk
3. Kurangnya partner qurani untuk saling mengingatkan
4. Mudah terpengaruh lingkungan burukT
5. Takut lupa, takut salah, takut ga istiqomah, dan takut tanggung
jawab
Saya ambil jawaban dari
temen-temen mengenai solusinya dan kurang lebihnya seeprti ini
Kita bahas ya rangkuman
solusinya.
Untuk poin 1. Sulit mengatur
jadwal al-quran dengan kegiatan sehari-hari.
Waktu quran itu kapan dan dimana
saja. Nggak harus ngambil banyak waktu, 1 2 menit bisa kalau kita menyempatkan.
Kalau waktu pagi kita sekolah , sambil nunggu guru masuk kelas misalnya. ambil
3 menit waktu istirahat kek. Ya intinya waktu untuk quran itu ada, kitanya aja
yang lalai. Tapi kalau untuk menghafal, memang butuh waktu khusus, paling enak
tu waktu maghrib dan tentunya waktu subuh. 1 hal yang tak boleh kita lupa,
membaca dan mendengarkan secara berulang ulang pun akan membuat kita hafal lho. Dan hati hati ya jangan
menargetkan hafalan terlalu banyak, sesuaikan aja dengan diri dan keadaan. sampai depresi kalau sehari cuma nambah 1 ayat , hanya karena targetnya
1 halaman perhari.
Lanjut ke point no 2. Malas dan ngantuk.
Ini memang manusiawi, wajar. Tapi gini loh, malesnya
seorang ahli quran pun bisa tetap menjadi kebaikan. Misalnya, ketika rajin dia bisa
baca 1 juz perhari. Ketika malas, dia hanya baca 1 ayat perhari. Tapi rutin, ya
ndak apa2 meskipun mengalami penurunan, tapi penurunannya masih berpahala, kok.
1 ayat berapa huruf? 1 huruf 10 pahala. Kan lumayan. Bukan berarti memotivasi
untuk malas ya. Maksudnya malasnya seorang ahlul quran itu tidak sampai
menelantarkan alquran dalam lemari atau rak begitu saja. 1 ayat 2 ayat tetap
tidak ia tinggalkan. Malasnya tetap berpahala. Itu maksudnya. Atau mungkin
ketika malas dia lampiaskan ke hal positif yang mengundang motivasinya kembali,
misal kayak menonton video2 ttg hafiz/ah.
Kalau untuk ngantuk, gimana? Kantuk itu harus kita yang
atur sendiri. Kalau ga mau kantuk itu datang, cari cara terbaik untuk
mengusirnya.
Ada yg bilang, niat kuat, ngantuk minggat.
Point 3. Kurangnya partner qurani untuk saling
mengingatkan
Kalau dalam masa pandemic seperti ini, mau gak mau
cari teman dan partner utk murojaah ya dengan online. Banyak kok grup yang
menyuguhkan program2 quran. insyaAllah mereka yang bergabung pun sama mencari
partner untuk saling mngingatkan dalam murojaah ataupun belajar quran. Cara
lain misalnya save no ustd/ah. Kalau mau dibetulkan bacaannya atau kalau mau
konsultasi hal lain kan bisa lebih gampang. Dan memang kita harus cari tmen
yang bisa menyemangati, mengingatkan ,dan menambah keimanan kita supaya terjalin
istiqomah yang baik.
Point 4. Mudah terpengaruh lingkungan buruk
Pernah denger kan kalau seseorang itu bisa dilihat
dari teman/lingkungannya? Mending kalau dia berada di lingkungan buruk itu bisa
ngajak, bukan malah keajak.
Ingat tujuan ya ingat perjuangan, kendalikan diri kita
dan jangan berteman hanya karena ingin ikut trend nya aja.
Point 5: takut lupa, takut salah, takut ga istiqomah,
takut tanggung jawab.
Singkatnya begini aja. Kalau takut lupa, ya sering2
murojaah,takut salah? Tinggal cari ustadz, takut ga istiqomah? Ya mnta tolong
Allah. Takut tanggung jawab? Minta bantuan saudara sesama muslim . sebenarnya
ketakutan seperti ini harus disingkirkan kalau hanya mengurungkan niat kita
untuk membaca alquran. Kalau kita punya ketakutan berlebih sehingga menunda
atau enggan menghafal, membaca atau sekedar membuka, bisa saja itu adalah
ketakutan yang muncul dari bisikan setan.
Takut lupa? Lupa itu wajar, yang ga wajar itu udah
lupa ga ada usaha inget2, padahal quran ada, itu yang kena dosanya. Dan lupa
ketika menghafal itu indah lho, seakan2 quran memanggil untuk kita buka kembali.
Bayangkan aja kalau kita inget terus, mugkin quran ga akan dibuka buka lagi.
Tapi dengan lupa itu lah ,kita dipaksa untuk membuka dan buka quran lagi.
Lagian quran itu sebenarnya ga ada abis2nya. Pembahasan di dalamnya seperti
alam semesta. Semakin dikaji semakin kita tahu hal baru apa yang terungkap
dalam alquran.
Takut salah? Salah dalam membaca quran dan trus
mengkaji justru dikatakan dlm hadits dapet 2 pahala loh. Dan dari kesalahan itu
lah kita belajar.
Takut ga istiqomah? Jd gini, utk istiqomah minimal ada
3 hal penting. 1, niat kita apa sebenarnya coba tanya diri sndiri dulu, 2,
syariat yg mngikat, kita punya aturan, entah aturan pesantren, aturan rumah,
aturan apa aja yang mengharuskan kita melaukan hal itu, 3. Ukhuwah islamiyyah,
persaudaraan sesama muslim , watawasoubilhaaqi. Takut tanggung jawabya? Lah
kamu kita emg jadi muslim dan syahadat itu bukan tanggung jawab besar? Sama
aja, itu juga tanggung jawab.
Saudaraku, murojaah itu seumur hidup, berusaha mutqin
itu pun seumur hidup. Al-quran pedoman sepanjang hayat.
In ahsantum ahsantum lianfusikum wa in asatum falaha
Terimakasih.. sangat tercerahkan dengan tulisannya.
BalasHapusSemoga penulis diberi kesehatan, kemudahan serta kelancaran selalu dalam hal apapun..
Aamiin