Jumat, 19 Juni 2020

Kegalauan Manusia Qurani Masa Kini


Kali ini kita akan bahas mengenai kegalauan remaja qurani masa kini.
Waktu #dirumahaja dan waktunya social distancing harusnya lebih bisa punya waktu lebih dengan alquran. Tapi nyatanya mau social distancing atau tidak, remaja atau yang bukan remaja sama sama memiliki hambatan untuk membersamai alquran, sehingga alquran begitu jauh ditinggalkan. Tidak menghafal, membaca, atau bahkan membukanya saja tidak. Kira-kira apa ya hambatan-hambatan yang menghalangi untuk bertemu dengan alquran?

Nah saya mengadakan sharing dengan, sekitar 50 orang peserta tahsin dan murojaah mengenai pengalaman mereka dengan al-quran. Hambatan2 apa saja yang menyulitkan mereka dekat dengan alquran. Bukan berarti saat ini kita jauh dari alquran  ya tapi pasti setiap orang PERNAH memiliki hambatan untuk membersamai alquran. Apa sajakah itu? Jawabannya macam macam, Intinya, ada 5 hambatan utama yang seringkali menghambat kita untuk sekedar membuka alquran :
1. Sulit mengatur jadwal alquran dengan kegiatan sehari-hari 
2.   Malas dan Ngantuk
3. Kurangnya partner qurani untuk saling mengingatkan
4.   Mudah terpengaruh lingkungan burukT
5. Takut lupa, takut salah, takut ga istiqomah, dan takut tanggung jawab

Saya ambil jawaban dari temen-temen mengenai solusinya dan kurang lebihnya seeprti ini
Kita bahas ya rangkuman solusinya.
Untuk poin 1. Sulit mengatur jadwal al-quran dengan kegiatan sehari-hari. 

Waktu quran itu kapan dan dimana saja. Nggak harus ngambil banyak waktu, 1 2 menit bisa kalau kita menyempatkan. Kalau waktu pagi kita sekolah , sambil nunggu guru masuk kelas misalnya. ambil 3 menit waktu istirahat kek. Ya intinya waktu untuk quran itu ada, kitanya aja yang lalai. Tapi kalau untuk menghafal, memang butuh waktu khusus, paling enak tu waktu maghrib dan tentunya waktu subuh. 1 hal yang tak boleh kita lupa, membaca dan mendengarkan secara berulang ulang pun akan membuat kita hafal lho. Dan hati hati ya jangan menargetkan hafalan terlalu banyak, sesuaikan aja dengan diri dan keadaan.  sampai depresi kalau sehari cuma nambah 1 ayat , hanya karena targetnya 1 halaman perhari.

Lanjut ke point no 2. Malas dan ngantuk.
Ini memang manusiawi, wajar. Tapi gini loh, malesnya seorang ahli quran pun bisa tetap menjadi kebaikan. Misalnya, ketika rajin dia bisa baca 1 juz perhari. Ketika malas, dia hanya baca 1 ayat perhari. Tapi rutin, ya ndak apa2 meskipun mengalami penurunan, tapi penurunannya masih berpahala, kok. 1 ayat berapa huruf? 1 huruf 10 pahala. Kan lumayan. Bukan berarti memotivasi untuk malas ya. Maksudnya malasnya seorang ahlul quran itu tidak sampai menelantarkan alquran dalam lemari atau rak begitu saja. 1 ayat 2 ayat tetap tidak ia tinggalkan. Malasnya tetap berpahala. Itu maksudnya. Atau mungkin ketika malas dia lampiaskan ke hal positif yang mengundang motivasinya kembali, misal kayak menonton video2 ttg hafiz/ah.

Kalau untuk ngantuk, gimana? Kantuk itu harus kita yang atur sendiri. Kalau ga mau kantuk itu datang, cari cara terbaik untuk mengusirnya.
Ada yg bilang, niat kuat, ngantuk minggat.

Point 3. Kurangnya partner qurani untuk saling mengingatkan
Kalau dalam masa pandemic seperti ini, mau gak mau cari teman dan partner utk murojaah ya dengan online. Banyak kok grup yang menyuguhkan program2 quran. insyaAllah mereka yang bergabung pun sama mencari partner untuk saling mngingatkan dalam murojaah ataupun belajar quran. Cara lain misalnya save no ustd/ah. Kalau mau dibetulkan bacaannya atau kalau mau konsultasi hal lain kan bisa lebih gampang. Dan memang kita harus cari tmen yang bisa menyemangati, mengingatkan ,dan menambah keimanan kita supaya terjalin istiqomah yang baik.

Point 4. Mudah terpengaruh lingkungan buruk
Pernah denger kan kalau seseorang itu bisa dilihat dari teman/lingkungannya? Mending kalau dia berada di lingkungan buruk itu bisa ngajak, bukan malah keajak.
Ingat tujuan ya ingat perjuangan, kendalikan diri kita dan jangan berteman hanya karena ingin ikut trend nya aja.

Point 5: takut lupa, takut salah, takut ga istiqomah, takut tanggung jawab.

Singkatnya begini aja. Kalau takut lupa, ya sering2 murojaah,takut salah? Tinggal cari ustadz, takut ga istiqomah? Ya mnta tolong Allah. Takut tanggung jawab? Minta bantuan saudara sesama muslim . sebenarnya ketakutan seperti ini harus disingkirkan kalau hanya mengurungkan niat kita untuk membaca alquran. Kalau kita punya ketakutan berlebih sehingga menunda atau enggan menghafal, membaca atau sekedar membuka, bisa saja itu adalah ketakutan yang muncul dari bisikan setan.
Takut lupa? Lupa itu wajar, yang ga wajar itu udah lupa ga ada usaha inget2, padahal quran ada, itu yang kena dosanya. Dan lupa ketika menghafal itu indah lho, seakan2 quran memanggil untuk kita buka kembali. Bayangkan aja kalau kita inget terus, mugkin quran ga akan dibuka buka lagi. Tapi dengan lupa itu lah ,kita dipaksa untuk membuka dan buka quran lagi. Lagian quran itu sebenarnya ga ada abis2nya. Pembahasan di dalamnya seperti alam semesta. Semakin dikaji semakin kita tahu hal baru apa yang terungkap dalam alquran.

Takut salah? Salah dalam membaca quran dan trus mengkaji justru dikatakan dlm hadits dapet 2 pahala loh. Dan dari kesalahan itu lah kita belajar.
Takut ga istiqomah? Jd gini, utk istiqomah minimal ada 3 hal penting. 1, niat kita apa sebenarnya coba tanya diri sndiri dulu, 2, syariat yg mngikat, kita punya aturan, entah aturan pesantren, aturan rumah, aturan apa aja yang mengharuskan kita melaukan hal itu, 3. Ukhuwah islamiyyah, persaudaraan sesama muslim , watawasoubilhaaqi. Takut tanggung jawabya? Lah kamu kita emg jadi muslim dan syahadat itu bukan tanggung jawab besar? Sama aja, itu juga tanggung jawab.

Saudaraku, murojaah itu seumur hidup, berusaha mutqin itu pun seumur hidup. Al-quran pedoman sepanjang hayat.

In ahsantum ahsantum lianfusikum wa in asatum falaha




1 komentar:

  1. Terimakasih.. sangat tercerahkan dengan tulisannya.

    Semoga penulis diberi kesehatan, kemudahan serta kelancaran selalu dalam hal apapun..

    Aamiin

    BalasHapus